Prediksi Tren Fashion 2013
Jakarta bakal jadi rujukan mode dunia? Barangkali selangkah lagi impian yang kerap terlontar dari para desainer, bahkan para pejabat di Jakarta itu benar-benar terwujud.
Indikasinya, perkembangan cukup pesat mewarnai dunia mode di Indonesia setahun terakhir. Dalam beberapa tahun ini Jakarta juga menjadi tuan rumah Jakarta Fashion Week dengan berbagai brand dan desainer lokal serta internasional yang turut berkolaborasi.
Hasil rancangan para desainer lokal juga makin variatif dengan ide-ide cemerlang. Seperti dalam Jakarta Fashion Week 2013 lalu, sejumlah desainer menampilkan tren mode terbarunya.
Tidak sekadar menonjolkan cutting, bermain motif, warna dan detail, tapi juga memanfaatkan kemajuan teknologi melalui teknik digital print. Aneka motif seperti motif ikat, candi, wayang dan sebagainya didapatkan dari teknik ini. Hal tersebut bisa dilihat dalam busana rancangan Ghea Panggabean dan Ari Seputra.
Selain teknik digital print, nuansa tradisional juga masih terlihat dalam rancangan busana desainer.
Dari banyaknya ide cemerlang yang terlihat di ajang Jakarta Fashion Week 2013, bagaimana para pelaku dunia mode melihat kecenderungan tren fashion tahun depan?
“Kalau saya secara pribadi, karena bidang saya adalah etnik atau segala sesuatu yang berhubungan dengan tradisi atau budaya, saya kira hampir semua desainer mulai melirik kain-kain lokal untuk dijadikan bahan rancangan,” kata Anne Avantie, perancang busana yang terkenal dengan karya kebaya.
Menurut dia, hampir semua desainer melakukan itu, meskipun mereka bukan desainer kebaya. “Bukan tradisional, tapi melirik kain-kain nasional sebagai salah satu bahan berkarya,” jelasnya.
Perancang asal Semarang ini mengatakan, sekarang begitu banyak orang bahkan para pelaku industri mempropagandakan industri lokal.
Oleh karena itu, kendati seorang desainer membuat busana internasional, namun ada sentuhan bahan kainnya. “Ada sentuhan batik, tenun, dan lurik dalam rancangan busananya,” tambah perancang busana kontemporer yang mengangkat budaya Indonesia dalam adibusana internasional.
Sementara dari sisi tren warna busana, Anne melihat bahwa sekarang ini telah diperkenalkan warna-warna dominan yang bertabrakan. Sebagai contoh, lanjut Anne, stocking warna pink bisa saja dipadupadankan dengan busana atasan warna hijau atau biru. “Mungkin di tahun depan warna-warna (bertabrakan) demikian masih terus terjadi,” katanya.
Lain lagi bila bicara soal kebaya yang merupakan karya unggulan Anne Avantie. “Sebagai pelaku industri kebaya, saya tetap mempertahankan warna soft seperti putih tulang, dan itu masih mendominasi,” katanya. Sebab, lanjutnya, itu merupakan warna-warna sakral yang umum dan nggak akan habis dimakan waktu.
Indikasinya, perkembangan cukup pesat mewarnai dunia mode di Indonesia setahun terakhir. Dalam beberapa tahun ini Jakarta juga menjadi tuan rumah Jakarta Fashion Week dengan berbagai brand dan desainer lokal serta internasional yang turut berkolaborasi.
Hasil rancangan para desainer lokal juga makin variatif dengan ide-ide cemerlang. Seperti dalam Jakarta Fashion Week 2013 lalu, sejumlah desainer menampilkan tren mode terbarunya.
Tidak sekadar menonjolkan cutting, bermain motif, warna dan detail, tapi juga memanfaatkan kemajuan teknologi melalui teknik digital print. Aneka motif seperti motif ikat, candi, wayang dan sebagainya didapatkan dari teknik ini. Hal tersebut bisa dilihat dalam busana rancangan Ghea Panggabean dan Ari Seputra.
Selain teknik digital print, nuansa tradisional juga masih terlihat dalam rancangan busana desainer.
Dari banyaknya ide cemerlang yang terlihat di ajang Jakarta Fashion Week 2013, bagaimana para pelaku dunia mode melihat kecenderungan tren fashion tahun depan?
“Kalau saya secara pribadi, karena bidang saya adalah etnik atau segala sesuatu yang berhubungan dengan tradisi atau budaya, saya kira hampir semua desainer mulai melirik kain-kain lokal untuk dijadikan bahan rancangan,” kata Anne Avantie, perancang busana yang terkenal dengan karya kebaya.
Menurut dia, hampir semua desainer melakukan itu, meskipun mereka bukan desainer kebaya. “Bukan tradisional, tapi melirik kain-kain nasional sebagai salah satu bahan berkarya,” jelasnya.
Perancang asal Semarang ini mengatakan, sekarang begitu banyak orang bahkan para pelaku industri mempropagandakan industri lokal.
Oleh karena itu, kendati seorang desainer membuat busana internasional, namun ada sentuhan bahan kainnya. “Ada sentuhan batik, tenun, dan lurik dalam rancangan busananya,” tambah perancang busana kontemporer yang mengangkat budaya Indonesia dalam adibusana internasional.
Sementara dari sisi tren warna busana, Anne melihat bahwa sekarang ini telah diperkenalkan warna-warna dominan yang bertabrakan. Sebagai contoh, lanjut Anne, stocking warna pink bisa saja dipadupadankan dengan busana atasan warna hijau atau biru. “Mungkin di tahun depan warna-warna (bertabrakan) demikian masih terus terjadi,” katanya.
Lain lagi bila bicara soal kebaya yang merupakan karya unggulan Anne Avantie. “Sebagai pelaku industri kebaya, saya tetap mempertahankan warna soft seperti putih tulang, dan itu masih mendominasi,” katanya. Sebab, lanjutnya, itu merupakan warna-warna sakral yang umum dan nggak akan habis dimakan waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar